Sejarah Kiswah dalam Agama Islam, Tirai Penutup Ka’bah Agung Berwarna Hitam

3 September 2021, 07:07 WIB
Kiswah sebagai kain penutup Ka'bah /Pixabay/ Abdullah Shakoor

PONOROGO TERKINI – Dalam sejarah Islam berabad-abad yang lalu, kain hitam atau tirai hitam Ka’bah digunakan sebagai penutup Ka’bah di Masjidil Haram, Mekah.

Kain atau tirai penutup Ka’bah ini bernama Kiswah dan diganti setiap setahun sekali.

Kiswah berbahan dasar sutra berkualitas tinggi dan tertulis ayat-ayat Al-Qur’an yang ditenun dengan benang berwarna emas dan perak yang melintang di sabuk Ka’bah.

Baca Juga: 3 Amalan Pelancar Rezeki yang Perlu Diketahui Umat Muslim

Di musim haji, saat para peziarah dari seluruh dunia datang ke Mekah Al-Mukarramah, sekitar 200 pengrajin dari Arab Saudi dan beberapa negara lain ikut terlibat dalam pembuatan Kiswah.

Pembuatannya dikerjakan di Kompleks Raja Abdul Aziz untuk Kiswah Ka’bah suci Mekah.

Para pengrajin akan mewarnai, menenun, mencetak, dan membuat potongan-potongan kain yang rapi dengan sangat hati-hati dan terampil.

Baca Juga: Memohon Keselamatan dengan Doa Saat Berkendara, Amalan yang Dianjurkan Rasulullah SAW

Setelah selesai dibuat, dijahit dengan sempurna dan sudah bersih, serta wangi, Kiswah akan dibuka pada hari kesempilan bulan Dzulhijjah.

Sebelum Kompleks Raja Abdul Aziz didirikan pada tahun1926, Kiswah didatangkan dari berbagai negara di sekita Saudi Arabia terutama Mesir.

Menurut sejarah, berbagai macam kain dan warna pernah digunakan untuk membuat Kiswah selama berabad-abad.

Baca Juga: Waktu-Waktu Terbaik dan Mustajab untuk Berdoa, Salah Satunya Ketika Turun Hujan

Tradisi menutup Ka’bah dengan menggunakan Kiswah baru setiap tahun berlanjut selama berabad-abad dimulai dari khalifah ketiga islam yaitu Utsman bin Affan.

Hingga tahun 1192, pemesanan dilakukan oleh para pemimpin islam di tiap era keislaman yang berbeda selalu diberikan kepada pengrajin dari pulau di Danau Tannis (sekarang Danau Al-Manzila) di timur laut Mesir.

Tannis mendapatkan kepercayaan mengerjakan pekerjaan suci ini berkat reputasinya sebagai pusat manufaktur tekstil.

Baca Juga: Keutamaan, Mengenal Adab, dan Larangan Dalam Berdoa Bagi HambaNya yang Terus Percaya

Sayangnya, di masa sultan pertama Mesir dan Suriah, Salah Al-din dari dinasti Ayyubiyah, memerintahkan untuk meninggalkan tannis selama masa perang salib.

Yang kemudian keterampilan manufaktur tekstil ini berpindah ke bagian lain Mesir terutama Kairo.

Seiring dengan perkembangan dan pergantian dinasti pada masa kejayaan islam hingga akhirnya Gubernur Utsmaniyah, Mesir, Muhammad Ali Pasha dari tahun 1805 sampai 1848, memerintahkan agar biaya pembuatan Kiswah ditanggung oleh kas negara.

Baca Juga: Doa Kelapangan Hati bagi yang Sering Gelisah, Lengkap dengan Latin dan Terjemahannya

Kemudian di tahun 1926, setelah pengambilalihan wilayah Hijaz, Raja Abdul Aziz mendaulatkan pembangunan pabrik kiswah di Mekah dekat Masjidil Haram.

Saat ini, kompleks pabrik tersebut berada di distrik Umm Al-Joud di Mekah. Kiswah sutra hitam biasanya selesai dibuat dua bulan sebelum musim haji.

Ketika penjaga Ka’bah dari keluarga Bani Shaiba secara resmi mengambilnya sebelum dipasang di Ka’bah.***

Editor: Arifkha Khairon Nissa

Sumber: Arab News

Tags

Terkini

Terpopuler