Jepang  Masih Berstatus Darurat COVID-19, Penyelenggara Olimpiade Tokyo Gundah Gulana

- 30 April 2021, 08:13 WIB
Seorang pria yang mengenakan masker pelindung untuk membantu menahan penyebaran virus korona berdiri dekat logo Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo pada 1 Februari 2021.
Seorang pria yang mengenakan masker pelindung untuk membantu menahan penyebaran virus korona berdiri dekat logo Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo pada 1 Februari 2021. /AP/ Eugene Hoshiko

Ponorogo Terkini – Penyelenggara lokal dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) tetap mengupayakan penyelenggaraan Olimpiade Tokyo yang bakal berlangsung kurang dari 3 bulan di tengah status darurat yang masih berlaku di ibu kota negeri Sakura.

Mereka mengungkap sudah ada seperangkat modul peraturan terbaru yang menunjukkan bila pertandingan olahraga bisa diadakan selama pandemi.

Panduan untuk atlet Olimpiade akan dirilis Rabu, 28 April 2021. Sementara panduan untuk peserta lainnya akan dikeluarkan pada Jumat mendatang.

Baca Juga: Madrid VS Chelsea 1-1, Karim Benzema Penyelamat Los Blancos dari Kekalahan

Presiden IOC Thomas Bach diperkirakan akan berada di Hiroshima pada 17 Mei untuk menyambut estafet obor, meskipun dia mengatakan pekan lalu rencananya masih tentatif.

Kedatangan Bach akan datang hanya beberapa hari setelah keadaan darurat terbaru berakhir pada 11 Mei.

 

Tokyo, Osaka, dan beberapa daerah lainnya berada dalam keadaan darurat ketiga minggu ini dan jumlah akumulasi kasus kematian di Jepang akibat COVID-19 telah melampaui 10.000.

Angka ini masih relatif terkendali menurut standar global, tetapi buruk dibandingkan dengan tempat lain di Asia seperti Taiwan, Vietnam, Thailand atau Korea Selatan.

Baca Juga: Joan Laporta Lancarkan Rayuan Maut agar Lionel Messi Setia pada Barcelona

Keadaan darurat telah memaksa penutupan pusat pertokoan, taman hiburan, bar serta restoran yang menyajikan alkohol. Status ini juga membuat pertandingan bisbol untuk dimainkan di stadion kosong.

Penyeleggaraan olimpiade pun masih menjadi polemik. Di mana hasil polling secara konsisten menunjukkan 70% hingga 80% warga di Jepang menganggap Olimpiade tidak boleh diadakan di masa seperti saat ini.

Jepang masih bergelut dengan penanganan COVID-19. Saat ini hanya 1% dari penduduk Jepang yang telah divaksinasi dan jumlah itu masih rendah ketika Olimpiade dibuka pada 23 Juli mendatang. Sejauh ini, para pejabat mengatakan atlet Jepang belum divaksinasi.

Semengara negeri sakura bakal menghadapi tantangan dari banyaknya orang asing yang datang saat Olimpiade.

Baca Juga: Bisa Dibeli di Apotek, Korea Selatan Segera Luncurkan Alat Tes Mandiri Covid-19

Sekitar 15.000 atlet Olimpiade dan Paralimpiade bakal terlibat dalam pertandingan ditambah ribuan hakim, pejabat, sponsor, media dan penyiar yang bersamaan masuk untuk ajang bergengsi ini.

Kehadiran pendukung dari luar negeri dipastikan telah dilarang. Sedangkan keputusan jumlah penonton yang boleh menyaksikan langsng pertandingan Olimpiade masih ditunda untuk diumumkan oleh panitia penyelenggara sehingga belum ada aturan jelas untuk hal ini.

Menteri Reformasi Regulasi dan Penanggungjawab Vaksinasi di Jepang, Taro Kono menyarankan bila pertandingan tetap bisa dijalankan dengan kursi penonton yang kosong. Tapi ini berarti penyelenggara akan kehilangan potensi penerimaan tiket masuk hingga $800 juta.

Penyelenggara Olimpiade juga terus mendapat tekanan untuk membuat protokol kesehatan yang ketat. Misalnya mengumumkan tes harian COVID-19 untuk atlet menjadi setiap hari, atau naik dari rencana awal yang umumkan setiap empat hari sekali.

Ide untuk membatalkan karantina selama 14 hari juga masih menjadi perbincangan karena aturan ini bisa menjadi kendala bagi para atlet untuk berlatih usai menginjakkan kaki di Jepang.

Maka ada usulan alternatif agar atlet tinggal di Desa Olimpiade di Teluk Tokyo, serta tempat dan area pelatihan.

Kantor berita Kyodo Jepang, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, mengatakan atlet dan staf harus diuji dua kali dalam 96 jam dan dinyatakan bebas COVID-19 sebelum bepergian. Mereka juga akan diuji saat tiba di Jepang.

Toshiro Muto, CEO dari panitia penyelenggara Tokyo, mengatakan minggu ini bahwa 500 perawat sedang diminta untuk mendukung pertandingan Olimpiade.

Televisi Jepang TBS pada Selasa, tanpa mengutip sumber, mengatakan penyelenggara telah menghubungi 30 rumah sakit untuk merawat atlet yang jatuh sakit.

Di sisi lain, British Medical Journal awal bulan ini, di bawah editorial berjudul: "Pertimbangkan kembali Olimpiade dan Paralimpiade Musim Panas ini," mengatakan pertemuan massal seperti Olimpiade masih belum "aman atau terjamin."

Editorial itu berbunyi: "Mengadakan Olimpiade Tokyo untuk tujuan politik dan ekonomi domestik - mengabaikan kepentingan ilmiah dan moral - bertentangan dengan komitmen Jepang terhadap kesehatan global dan keamanan manusia."

Biaya Olimpiade dilaporkan secara resmi menelan anggaran belanja hingga $15,4 miliar, meskipun beberapa audit pemerintah menunjukkan bahwa realiasasinya jauh lebih besar.  

IOC bergantung pada penjualan hak siar untuk 73% dari pendapatannya dan penundaan Olimpiade akan menghentikan sumber pemasukan terbesar.

Pendapatan siaran berjumlah sekitar $ 4 miliar dalam catatan penyelenggaraan Olimpiade selama empat tahun terakhir.***

Editor: Yanita Nurhasanah

Sumber: APNews


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x