Ponorogo Terkini - Menteri Keuangan AS Janet Yellen “hawkish” mendukung adanya kenaikan suku bunga acuan. Akibatnya nilai tukar rupiah antar bank Rabu pagi kemarin melemah 12 poin atau 0.08 persen. Nilai tersebut merosot dari posisi Rp 14.442 per dolar AS menjadi Rp14.430 per dolar AS.
Sementara itu indeks dolar AS menunjukkan bila dolar menguat terhadap mata uang utama lainnya hingga 0,3 persen. Meskipun pada April indeks dolar merosot 2 persen lebih, kini menjadi 91,278.
Hasil imbal obligasi AS untuk tenor 10 tahun dilaporkan menurun hingga level 1,59 persen. Penurunan tersebut terjadi hingga tiga hari berturut-turut. Sekalipun perekonomian AS menunjukkan progress pemulihan dari situasi inflasinya.
Di lain pihak, para pelaku pasar juga masih khawatir akan kemungkinan memburuknya kasus COVID-19 global. Selasa, 3 Mei 2021, rupiah dilaporkan sempat menguat 20 poin atau 0,14 persen. Kala itu posisi rupiah berada di nilai tukar Rp14.450 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.430.
Lantas apa dampaknya dan peluangnya jika rupiah menurun?
Nilai rupiah sangat mempengaruhi keputusan membeli produk luar. Pemerintah Republik Indonesia melalui, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyatakan akan mengatasi pelemahan kurs Rupiah terhadap dolar AS.
Oleh karenanya pemerintah dan Bank Indonesia bergandengan tangan menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Menunjukkan Sinyal Positif, Pertanda Mulai Bangkit
Artikel Rekomendasi