Baca Juga: Joan Laporta Lancarkan Rayuan Maut agar Lionel Messi Setia pada Barcelona
Keadaan darurat telah memaksa penutupan pusat pertokoan, taman hiburan, bar serta restoran yang menyajikan alkohol. Status ini juga membuat pertandingan bisbol untuk dimainkan di stadion kosong.
Penyeleggaraan olimpiade pun masih menjadi polemik. Di mana hasil polling secara konsisten menunjukkan 70% hingga 80% warga di Jepang menganggap Olimpiade tidak boleh diadakan di masa seperti saat ini.
Jepang masih bergelut dengan penanganan COVID-19. Saat ini hanya 1% dari penduduk Jepang yang telah divaksinasi dan jumlah itu masih rendah ketika Olimpiade dibuka pada 23 Juli mendatang. Sejauh ini, para pejabat mengatakan atlet Jepang belum divaksinasi.
Semengara negeri sakura bakal menghadapi tantangan dari banyaknya orang asing yang datang saat Olimpiade.
Baca Juga: Bisa Dibeli di Apotek, Korea Selatan Segera Luncurkan Alat Tes Mandiri Covid-19
Sekitar 15.000 atlet Olimpiade dan Paralimpiade bakal terlibat dalam pertandingan ditambah ribuan hakim, pejabat, sponsor, media dan penyiar yang bersamaan masuk untuk ajang bergengsi ini.
Kehadiran pendukung dari luar negeri dipastikan telah dilarang. Sedangkan keputusan jumlah penonton yang boleh menyaksikan langsng pertandingan Olimpiade masih ditunda untuk diumumkan oleh panitia penyelenggara sehingga belum ada aturan jelas untuk hal ini.
Menteri Reformasi Regulasi dan Penanggungjawab Vaksinasi di Jepang, Taro Kono menyarankan bila pertandingan tetap bisa dijalankan dengan kursi penonton yang kosong. Tapi ini berarti penyelenggara akan kehilangan potensi penerimaan tiket masuk hingga $800 juta.
Penyelenggara Olimpiade juga terus mendapat tekanan untuk membuat protokol kesehatan yang ketat. Misalnya mengumumkan tes harian COVID-19 untuk atlet menjadi setiap hari, atau naik dari rencana awal yang umumkan setiap empat hari sekali.
Artikel Rekomendasi