Cek Fakta - Benarkah Vaksin Covid-19 Tak Mempan Lawan Varian Delta Covid-19?

- 30 Juni 2021, 21:08 WIB
Ilustrasi varian virus Delta
Ilustrasi varian virus Delta /Pixabay/ geralt

Ponorogo Terkini – Sebuah narasi beredar di masyarakat Inggris yang menyatakan bila mereka yang telah divaksinasi Covid-19 memiliki kemungkinan dua hingga enam kali lebih berisiko meninggal akibat varian delta daripada yang tidak divaksinasi.

Klaim ini dipastikan tim AP Fast Check sebagai narasi tidak berdasar atau hoaks. Data dari Public Health England tidak menunjukkan bukti bahwa mereka yang divaksinasi lebih rentan meninggal akibat varian delta Covid-19.

Sebaliknya, data menunjukkan vaksin Pfizer dan AstraZeneca sangat efektif mendukung pasien rawat inap melawan varian tersebut, seperti dikutip dari laporan AP News pada Selasa 28 Juni 2021.

Baca Juga: Cek Fakta - Benarkah Program Vaksin Covid-19 Bertujuan Bisnis Semata?

Sementara itu faktanya seiring merebak kekhawatiran seputar varian delta Covid-9, pengguna media sosial salah mengartikan data peneliti kesehatan masyarakat Inggris yang diterbitkan pada 18 Juni tentang dampak berbagai varian.

Satu posting viral di media sosial Instagram telah memberikan penjelasan salah dengan mengklaim laporan Public Health England menemukan orang yang divaksinasi dua kali lebih mungkin meninggal karena varian delta daripada orang yang tidak divaksinasi.

Orang lain mengomentari narasi tersebut dengan menambahkan klaim bila "orang yang disuntikkan vaksin enam kali lebih mungkin meninggal karena 'varian' yang beredar seperti 'Delta' daripada orang yang tidak divaksinasi."

Sementara satu postingan menggunakan tabel dalam laporan untuk membagikan klaim palsu, tetapi postingan tersebut salah merepresentasikan data tabel.

Baca Juga: Gunakan Nama Panggung Suzy, Artis Baru Kpop Ini Kena Bully

Tabel dalam laporan badan tersebut memang membahas kematian varian delta, tetapi itu menunjukkan bahwa di antara 60.624 kasus varian yang dikonfirmasi antara 1 Februari dan 14 Juni, kematian yang tercatat termasuk 37 orang yang divaksinasi dan 34 orang yang tidak divaksinasi.

Selain itu, tabel tersebut tidak menyebutkan kelompok usia mereka yang meninggal dan apakah mereka menderita penyakit tambahan.

Para ahli mengatakan data yang tidak lengkap itu tidak bisa menjadi sumber untuk menarik kesimpulan tentang peran vaksin dalam kematian tersebut.

“Kecuali Anda memperhitungkan perbedaan usia dan populasi ini, Anda benar-benar tidak dapat membuat argumen bahwa vaksinasi memberikan risiko kematian yang lebih tinggi,” kata Dr. Nasia Safdar, seorang dokter penyakit menular di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Wisconsin.

Ahli bidang kesehatan ini pun menambahkan bila tersebut tindak lanjut diperlukan ketika memeriksa data kematian varian delta.

Lantaran "terlalu dini untuk memberikan penilaian formal dari kasus kematian delta, dikelompokkan berdasarkan usia, dibandingkan dengan varian lain."

Sementara itu, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Wisconsin membeberkan laporan lain pada 25 Juni yang menunjukkan bahwa tidak ada kematian yang tercatat pada pasien di bawah 50 tahun yang terinfeksi varian delta dan telah menerima kedua dosis vaksin.

Data ini menunjukkan bahwa dua dosis vaksin yang dibuat oleh Pfizer atau AstraZeneca sangat efektif terhadap rawat inap dari varian delta.

Seorang perwakilan dari badan tersebut mengatakan kepada The Associated Press bahwa sejak 14 Juni, 806 orang di Inggris telah dirawat di rumah sakit dengan varian delta, 527 di antaranya tidak divaksinasi dan 84 memiliki dua dosis vaksin.

“Temuan yang sangat penting ini mengkonfirmasi bahwa vaksin menawarkan perlindungan yang signifikan terhadap rawat inap dari varian Delta,” kata Dr. Mary Ramsay, Kepala Imunisasi badan tersebut, awal bulan ini dalam siaran pers.***

Editor: Yanita Nurhasanah

Sumber: AP News


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x