India di Pusaran COVID-19, 1 Orang Meninggal Setiap 5 Menit

24 April 2021, 14:16 WIB
Kerabat berduka atas meninggalnya seorang wanita akibat penyakit virus corona, di luar Rumah Sakit Lok Nayak Jai Prakash Narayan (LNJP), salah satu fasilitas terbesar di India khusus untuk pasien COVID-19, di New Delhi, India, 22 April 2021. /REUTERS/ Adnan Abidi

Ponorogo TerkiniKrisis COVID-19 yang terjadi di India menjadi semakin parah. Ibu kota New Delhi mencatat satu kematian terjadi setiap lima menit akibat penyakit yang disebabkan virus Corona ini.

Bahkan untuk hari kedua berturut-turut, jumlah infeksi yang terjadi dalam 24 jam terakhir di India mencetak rekor hingga 332.730 kasus.

Kenyataan ini menjadi angka tertinggi yang tak pernah dialami negara lain mana pun sejak COVID-19 menyerang masyarakat dunia.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Meroket, Kemenhumkam Larang Warga India Menapakkan Kaki ke Indonesia

Baca Juga: Tak Menggubris Negara Lain, Komisi Eropa Gila-gilaan Borong Vaksin Pfizer!

Sirene ambulans terdengar sepanjang hari di jalanan sepi ibu kota yang jadi salah satu kawasan terparah di India. Penguncian diberlakukan untuk mencoba membendung penularan virus. Selain itu, kremasi massal telah dilakukan karena ruang krematorium telah habis.

Kini pasien di seluruh penjuru negeri ini mengalami kesulitan untuk mendapatkan pasokan oksigen demi menyelamatkan nyawa. Belum lagi pasien yang tak mampu lagi ditangani oleh tenaga medis sehingga menyebabkan mereka harus terbaring sekarat di luar rumah sakit.

Di Rumah Sakit Guru Teg Bahadur di timur laut kota, pasien kritis terengah-engah tiba dengan ambulans maupun Tuk Tuk - kendaraan khas yang digunakan warga. Namun tidak semuanya bisa ditangani.

Salah satu pasien, Shayam Narayan, menghembuskan nafas terakhir sebelum mendapatkan perawatan karena harus mengantri berjam-jam untuk mendapatkan pertolongan rumah sakit.

"Sistemnya rusak," kata Raj, adik laki-laki dari pasien menjelaskan alasan keluarganya tak bisa diselamatkan.

Baca Juga: AS Tetap Lanjutkan Suntikan Vaksin Johnson & Johnson, Meskipun Ada Laporan Pembekuan Darah dan Kematian

Sementara Tushar Maurya, mengungkapkan bahwa rumah sakit tempat ibunya dirawat suasananya terus padat dan mendesak, siapa pun yang tidak dalam kondisi serius diminta untuk menjauh.

"Staf melakukan yang terbaik tetapi tidak ada cukup oksigen," katanya.

Pakar kesehatan mengatakan India menjadi terlena di musim dingin, ketika konfirmasi kasus baru di negara ini sekitar 10.000 per hari dan tampaknya terkendali.

Pemerintah Delhi pun menyatakan pada bulan Februari mereka telah mengalahkan virus Corona. Pemerintah lantas mencabut pembatasan untuk memungkinkan pertemuan besar kembali digelar oleh warga.

Namun kebijakan pemerintah ini akhirnya mendapat kecaman. Lantaran festival agama Hindu, di mana jutaan orang melakukan ritual mandi di sungai Gangga tetap diperbolehkan untuk dilaksanakan.

Baca Juga: TNI Terjunkan 21 Kapal KRI Cari Nanggala-402, Kapal Polri dan Basarnas Tak Mau Ketinggalan

Festival ini menimbulkan kerumunan yang padat dan hanya sedikit orang yang memakai masker.

Akhirnya pada hari Jumat, 23 April 2021, Kepala Menteri India, Arvind Kejriwal mengumumkan pasokan oksigen industri dialihkan bagi pasien COVID-19 lewat sebuah siaran langsung di televisi.

“Semua pabrik oksigen negara harus segera diambil alih oleh pemerintah melalui tentara,” ujarnya.

Polisi di negara bagian utara Uttar Pradesh, beberapa di antaranya memegang senapan serbu untuk mengawal truk yang membawa oksigen ke rumah sakit di Delhi yang sudah menantikannya.

Di sisi lain, penanganan ini juga diwarnai polemik karena pemerintah kota saling tuduh tentang penimbunan.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan keprihatinan atas meningkatnya jumlah kasus di India.

"Situasi di India adalah pengingat yang menghancurkan tentang apa yang dapat dilakukan virus itu," katanya dalam pengarahan virtual di Jenewa.***

Editor: Yanita Nurhasanah

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler