Ponorogo Terkini – Amerika Serikat berpeluang melanjutkan penggunaan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson, atau berarti mengakhiri jeda 10 hari untuk menyelidiki laporan pembekuan darah usai penyuntikkan vaksin ini.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Food and Drug Administration (FDA) mengatakan dalam pernyataan bersama, mereka akan memperingatkan risiko pembekuan darah yang jarang namun bisa menyebabkan kematian dalam lembar fakta yang diberikan kepada penerima suntikan.
Pejabat tinggi FDA AS mengatakan jika keputusan itu segera berlaku, maka akan membuka jalan bagi suntikan vaksin akan kembali dimulai paling cepat pada Sabtu ini.
Baca Juga: Warga Palestina Bentrok dengan Polisi Israel di Malam Ramadan, 100 Orang Terluka
"Kami tidak lagi merekomendasikan jeda (waktu untuk investigasi) dalam penggunaan vaksin ini," kata Direktur CDC, Rochelle Walensky dalam jumpa pers.
"Berdasarkan analisis mendalam, kemungkinan ada kaitannya (penyuntikkan vaksin dan pembekuan darah) tetapi
resikonya sangat rendah," lanjutnya.
Baca Juga: Tak Menggubris Negara Lain, Komisi Eropa Gila-gilaan Borong Vaksin Pfizer!
Regulator AS ini membuat keputusan setelah menyelidiki resiko vaksin COVID-19 Johnson &
Johnson dan menggelar pertemuan dengan penasihat luar untuk CDC yang merekomendasikan agar jeda investigasi vaksin diakhiri.
CDC menyepakati dengan hasil 10:4 dari panelis yang hadir bila vaksin J&J bisa
direkomendasikan untuk diberikan kepada orang berusia 18 tahun ke atas.
Artikel Rekomendasi