AS Ajak Sekutu Menekan China Soal Polemik Muslim Uighur

- 24 April 2021, 17:05 WIB
Bendera China dan AS berkibar di luar gedung sebuah perusahaan Amerika di Beijing, China 21 Januari 2021.
Bendera China dan AS berkibar di luar gedung sebuah perusahaan Amerika di Beijing, China 21 Januari 2021. /REUTERS/ Tingshu Wang

"Tantangan G7 adalah untuk menunjukkan bahwa masyarakat terbuka, masyarakat demokratis masih memiliki peluang terbaik untuk memecahkan masalah terbesar di dunia kita, dan bahwa otokrasi top-down bukanlah jalan terbaik," katanya.

Singh mengatakan Washington telah mengambil tindakan keras terhadap China atas pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang, tetapi akan berusaha memperluas tekanan ini lewat upaya menggandeng sekutu G7.

Detail pembicaraan masih dipersiapkan, tetapi KTT menawarkan kesempatan bagi sekutu AS untuk menunjukkan solidaritas mengenai masalah tersebut.

"Kami telah memperjelas pandangan kami bahwa konsumen kami berhak mengetahui kapan barang yang mereka impor dibuat dengan kerja paksa," ungkap Singh.

"Nilai-nilai kita perlu ditanamkan dalam hubungan perdagangan kita. Untuk meningkatkan nilai-nilai kita bersama, sebagai negara demokrasi dan, dan itu pasti berlaku untuk apa yang terjadi di Xinjiang," lanjutnya.

Baca Juga: AS Tetap Lanjutkan Suntikan Vaksin Johnson & Johnson, Meskipun Ada Laporan Pembekuan Darah dan Kematian

Setidaknya sudah ada sanksi bersama Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan Kanada terhadap pejabat China yang dituduh melakukan pelanggaran terhadap minoritas Muslim Uighur di provinsi Xinjiang pada bulan lalu.

Sementara itu, China menyangkal semua tuduhan pelecehan dan telah menanggapi dengan tindakan hukumannya sendiri terhadap UE.

Aktivis dan pakar hak asasi PBB juga mengatakan setidaknya 1 juta Muslim telah ditahan di kamp-kamp Xinjiang. Para aktivis dan beberapa politisi Barat menuduh China menggunakan penyiksaan, kerja paksa, dan sterilisasi.

Sebaliknya, China membantah bahwa kamp-kamp tersebut disediakan untuk pelatihan kejuruan dan dibutuhkan untuk melawan ekstremisme.***

Halaman:

Editor: Yanita Nurhasanah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini