Baca Juga: Angka Kematian Akibat Covid-19 di Amerika Latin Tembus 1 Juta Jiwa
Pihak perusahaan beberapa media sosial bisa dikatakan lambat dalam menanggapi informasi palsu yang kini semakin marak beredar.
Sementara pihak perusahaan media sosial seakan membiarkan berita hoax atau penuh kebohongan.
Anggota parlemen negara bagian New York, Phara Souffrant Forrest, baru-baru ini membagikan gambar propaganda "Palestina" di peta yang tidak menyertakan Israel. Dia kemudian menghapus postingan tersebut.
Grup Facebook pro-Israel dipaksa offline awal pekan ini setelah menjadi target kampanye "terorisme dunia maya". Seorang reporter CNN pun kedapatan memuji Hitler.
“Twitter juga ikut menjadi masalah dalam kasus ini karena Twitter tidak menegakkan aturannya secara konsisten,” ujar Dan Gainor, selaku Wakil Presiden di Pusat Penelitian Media, sebuah kelompok pengawas konservatif, mengatakannya kepada The Post.
“Jadi memungkinkan antisemitisme ini untuk menyebut orang-orang Yahudi sebagai Nazi dan berbagai hal kotor lainnya yang ada di dalam sebuah buku dan ia tidak melakukan apa-apa,” tutup Dan Gainor.***
Artikel Rekomendasi