Cek Fakta: Benarkah Covid-19 Sudah Direncanakan sedangkan Vaksin Berisi Mutasi Corona yang Menular?

1 Mei 2021, 16:00 WIB
osis vaksin AstraZeneca disiapkan di pusat vaksinasi COVID-19 di Odeon Luxe Cinema di Maidstone, Inggris, 10 Februari 2021. /REUTERS/ Andrew Couldridge

Ponorogo Terkini – Sebuah blog teori konspirasi COVID-19 mengklaim bila orang yang telah menerima vaksin virus corona bisa menimbulkan ancaman dengan menyebarkan mutasi virus “super strain” kepada masyarakat luas.

Tim Fast Check dari Reuters memastikan klaim ini tidak benar alias hoaks.

Teori konspirasi ini berawal dari sebuah unggahan pada Kamis, 8 April 2021 di sebuah blog WordPress yang menyebut dirinya sendiri sebagai “Foreign Affairs Intelligence Council” atau Dewan Intelijen Urusan Luar Negeri.

Baca Juga: Cek Fakta - Beredar Video Mayat Bergelimpangan di Jalanan India

Blog ini memuat beberapa klaim palsu tentang virus corona serta vaksin mRNA COVID-19 yang diotorisasi untuk penggunaan darurat di Amerika Serikat.

Tulisan yang diunggah pada situs ini menuduh virus corona dan vaksin yang dikembangkan merupakan produk "eksperimental” dan dirancang untuk mengubah penerima suntikan vaksin menjadi pabrik senjata biologis.

Caranya lewat menularkan varian "strain super" yang akan membunuh mereka yang tidak divaksinasi.

Baca Juga: California Khawatir Kekurangan Litium  karena Permintaan Kendaraan Listrik Meningkat 

Tim Fast Check dari Reuters sebelumnya sudah pernah memastikan kebenaran bila semua vaksin COVID-19 saat ini menjalani pengujian keamanan standar sebelum diluncurkan ke publik.

Ini berarti klaim bahwa vaksin COVID-19 yang tersedia bersifat "eksperimental" tidak benar karena tidak memiliki dasar pembuktian.

Tuduhan lain yang tidak memiliki bukti ialah teori konspirasi yang meyebut pandemi COVID-19 merupakan kejadian yang direncanakan.

Sejak bulan-bulan awal pandemi COVID-19, para ahli teori konspirasi telah membuat klaim tak berdasar bahwa krisis tersebut diatur oleh berbagai orang dan entitas, termasuk Bill Gates dan Institut Nasional Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS. 

Klaim lain pun tanpa bukti dari blog bahwa Dr. Anthony Fauci, dokter penyakit menular terkemuka AS, bersekongkol dengan Partai Komunis China untuk membangun SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19.

Disebutkan juga pada klaim tersebut bahwa virus COVID-19 akan dijadikan sebagai senjata biologis yang mematikan untuk memusnahkan umat manusia. 

Tidak ada pemaparan ilmiah yang mendasari alasan klaim blog yang juga menyatakan individu yang divaksinasi lebih mungkin membawa dan menyebarkan varian virus.

Karena tujuan dari vaksin mRNA adalah untuk "mengubah tubuh mereka menjadi pabrik senjata biologis sehingga perkembangan mutasi dapat berlanjut secara global."

Baca Juga: Cek Fakta - Beredar Video Mayat Bergelimpangan di Jalanan India

Sementara itu, otoritas kesehatan AS, CDC mengatakan justru semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang yang divaksinasi penuh cenderung tidak mengalami infeksi tanpa gejala.

Selain itu, penerima vaksin secara potensial lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan COVID-19 kepada orang lain.

CDC juga mengatakan bahwa risiko infeksi SARS-CoV-2 pada orang yang divaksinasi penuh tidak dapat sepenuhnya dihilangkan selama ada penularan virus di tengah masyarakat. 

Tidak ada bukti bahwa vaksinasi COVID-19 menyebabkan mutasi virus korona.

Sebagaimana dijelaskan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ketika sebuah virus menyebar secara luas dalam suatu populasi dan menginfeksi banyak orang, kemungkinan besar virus tersebut akan bermutasi.

“Semakin banyak peluang virus untuk menyebar, semakin banyak virus itu bereplikasi - dan semakin banyak peluang yang dimilikinya untuk mengalami perubahan,” kata WHO.

Selama beberapa bulan terakhir telah bermunculan bentuk atau varian baru dari novel coronavirus yaitu B.1.526 di New York, strain B.1.351 di Afrika Selatan, varian B.1.1.7 di Inggris Raya, varian P1 di Brasil, dan B.1.617 di India. 

Mutasi ini terjadi di negara-negara di mana virus menyebar dengan cepat pada populasi yang belum mencapai persentase vaksinasi yang tinggi.

Seperti yang dijelaskan oleh CDC di sini, "data saat ini menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 yang digunakan di Amerika Serikat harus bekerja melawan varian ini."

Mengutip tim Fast Check dari Reuters, klaim entri blog bahwa orang yang divaksinasi lebih cenderung membawa dan menyebarkan varian juga dipastikan salah menurut Dr. Robert Bollinger, spesialis penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins.

"Dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi, orang yang divaksinasi lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi oleh semua jenis, termasuk variannya," kata Bollinger.

"Jika mereka cenderung tidak terinfeksi varian, mereka juga cenderung tidak menyebarkan varian," tambahnya.

Bollinger menjelaskan bahwa varian menyebar dengan cepat saat mutasi baru berkembang karena orang yang tidak divaksinasi terinfeksi dan menginfeksi orang yang tidak divaksinasi dengan kecepatan tinggi.

Bertentangan dengan apa yang diklaim blog, sangat sedikit orang yang divaksinasi terinfeksi varian, karena lebih dari 99,9% dari semua infeksi varian berasal dari atau ke orang yang tidak divaksinasi, kata Bollinger.

Dengan kata lain, orang yang divaksinasi masih memiliki peluang terinfeksi varian mutasi COVID-19. Namun orang yang divaksinasi jauh lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi varian atau virus corona daripada orang yang tidak divaksinasi.***

Editor: Yanita Nurhasanah

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler