Temuan 215 Jenazah Anak-anak di Kamloops Indian Residential School, Paus Fransiskus Dituntut Minta Maaf

- 7 Juni 2021, 20:01 WIB
Ilustrasi bendera Kanada
Ilustrasi bendera Kanada /Unsplash/Hermes Rivera

Ponorogo Terkini - Para pemimpin adat dan penyintas sekolah pada hari Minggu lalu, menepis ungkapan rasa sakit Paus Fransiskus atas penemuan 215 jenazah anak-anak di Kamloops Indian Residential School.

Ratusan jenazah anak-anak itu ditemukan di bekas sekolah perumahan Katolik di Kanada, dengan mengatakan bahwa gereja perlu berbuat lebih banyak.

Dilansir dari Reuters, pada ibadah pemberkatan mingguan yang dilakukan di Lapangan Santo Petrus pada hari Minggu, Paus Fransiskus mengatakan bahwa ia merasa sangat sedih.

Baca Juga: Benarkah Jokowi Gunakan Dana Haji untuk Infrastruktur? Ferdinand Hutahaean Khawatir Rakyat Marah

Paus Fransiskus bersedih dengan adanya berita mengenai bekas sekolah untuk siswa adat dan menyerukan penghormatan terhadap hak dan budaya masyarakat asli.

Tapi dia (Paus Fransiskus) berhenti dari permintaan maaf langsung yang diminta oleh beberapa orang di Kanada.

"Kami semua sedih dan sedih. Bagaimana tidak? Ini adalah parodi di seluruh dunia," tutur Ketua Federasi Bangsa Adat Berdaulat di Saskatchewan, Bobby Cameron, kepada Reuters.

Baca Juga: Denise Chariesta Ancam Deddy Corbuzier untuk Minta Maaf, Ngamuk Disebut Wanita Murahan di Judul Konten

"Betapa sulitnya bagi Paus untuk mengatakan: 'Saya sangat menyesal atas cara organisasi kami memperlakukan orang-orang First Nations, mahasiswa First Nations selama waktu itu, kami minta maaf, kami berdoa,'” tambahnya.

Seperti yang diketahui, Kamloops Indian Residential School ditutup pada tahun 1978.

Diketahui ada ratusan jenazah anak-anak di sana yang memang pada saat itu secara paksa memisahkan anak-anak pribumi dari keluarga mereka.

Pada hari Minggu, para demonstran merobohkan patung Egerton Ryerson yang merupakan salah satu arsitek di sekolah tersebut, di universitas Toronto.

Baca Juga: 3 Tips Mempersiapkan Otak Menghadapi Kesibukan Harian, Rutinitas Pagi Jadi Salah Satu Penentu

"Para pelaku semacam bebas dari hukuman," katanya.

"Paus tidak akan mengatakan, 'Anda tahu? Saya mendengar ada (ribuan) kasus pelecehan fisik dan seksual di sekolah-sekolah perumahan yang dijalankan oleh gereja kami,’” ungkapnya.

“Dia tidak akan mengatakan itu. Dia tidak akan mengatakan 'Ada 215 anak di kuburan tak bertanda di Kamloops dan mungkin ada di setiap sekolah perumahan di Kanada,'" tambahnya.

Sistem tersebut berlaku tahun 1831 hingga 1996, yang mana secara paksa memisahkan sekitar 150.000 anak pribumi dari rumah mereka.

Anak-anak itu juga banyak yang mengalami pelecehan, pemerkosaan, dan kekurangan gizi. Sebagian besar dijalankan oleh Gereja Katolik atas nama pemerintah.

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan pada hari Jumat bahwa gereja harus bertanggung jawab atas perannya di sekolah-sekolah.

Pernyataan Paus "tidak cukup jauh," kata juru bicara Menteri Urusan Pribumi Mahkota Carolyn Bennett pada hari Minggu.

“(Pemerintah) menyerukan lagi kepada Paus dan Gereja untuk meminta maaf atas peran mereka.”***

Editor: Yanita Nurhasanah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x