Polemik Penggunaan Obat Malaria Chloroquine untuk Melawan Covid-19 Masih Menjadi Isu Panas di Brazil

- 11 Mei 2021, 17:21 WIB
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menghadiri upacara promosi jenderal angkatan bersenjata, di Istana Planalto di Brasilia, Brasil 8 April 2021.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menghadiri upacara promosi jenderal angkatan bersenjata, di Istana Planalto di Brasilia, Brasil 8 April 2021. /REUTERS / Adriano Machado

Ponorogo Terkini - Mantan menteri kesehatan Brazil mengatakan dalam penyelidikan parlemen pada hari Selasa bahwa pemerintah sayap kanan Presiden Jair Bolsonaro tahu betul bahwa perawatan yang mereka anjurkan untuk pasien COVID-19 tidak memiliki dasar ilmiah.

Luiz Henrique Mandetta, yang dipecat April lalu oleh Bolsonaro karena tidak setuju untuk mendorong obat malaria chloroquine sebagai pengobatan COVID-19.

Ia bersaksi di depan penyelidikan parlemen tentang penanganan pandemi yang telah menewaskan lebih dari 408.000 warga Brasil.

Baca Juga: Berkunjung ke Republik Dominika Tak Perlu Tes Covid-19, Demi Sedot Wisatawan

Investigasi Senat diperkirakan akan merugikan presiden secara politik 17 bulan sebelum pemilihan dengan menunjukkan kepada negara bahwa penentangannya terhadap lockdown dan jaga jarak sosial.

Kegagalannya untuk mendapatkan vaksin dan menggembar-gemborkan perawatan yang tidak terbukti memperdalam krisis yang sekarang dialami Brazil.

"Saya memperingatkan Bolsonaro secara sistematis tentang konsekuensi dari tidak mengadopsi rekomendasi sains untuk melawan COVID-19," kata Mandetta kepada komisi tersebut.

Menteri mengatakan dia dipanggil ke rapat kabinet dengan presiden, di mana ada rencana untuk mengubah indikasi resmi penggunaan obat antimalaria lama untuk mengatakan itu dapat diresepkan untuk pasien COVID-19.

Baca Juga: Covid-19 Picu Melonjaknya Pengidap Agoraphobia

Halaman:

Editor: Yanita Nurhasanah

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x